Pengendalian Persediaan : Independen - Dewasa Ini, persediaan memiliki peranan penting. Berdasarkan penelitian diberbagai jenis perusahaan manufaktur, diperoleh kesimpulan bahwa biaya persediaan merupakan biaya yang terbesar pada usaha manufaktur. Dikaitkan dengan persaingan pasar yang semakin tajam, maka perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien. Tuntutan itu semakin mengemuka berkaitan dengan kenyataan bahwa pertumbuhan pasar jauh lebih kecil dibandingkan dengan kemampuan produksi total industri
Untuk mencapai peningkatan efisiensi persediaan, pakar manajemen operasional telah menawarkan berbagai macam konsep, antara lain : konsep Just in time production system, Demand pull production system, dan lain sebagainya. Keseluruhan konsep menawarkan cara menurunkan biaya persediaan, yaitu berproduksi dengan sediaan minimal atau dengan tanpa sediaan bahan digudang. Konsep tanpa sediaan yang harus disimpan menyatakan bahwa perusahaan akan menghemat biaya investasi gudang, biaya pemeliharaan gudang, biaya modal yang harus ditanam dalam persediaan, dan kerugian yang timbul akibat sediaan tersimpan didalam gudang. Kerugian ini dapat berupa kerugian karena rusak, dicuri, turun harga, kebakaran, biaya asuransi kebakaran, ataupun karena bahan itu memerlukan pemeliharaan ekstra untuk dapat mempertahankan mutunya.
3 hal yang perlu diperhatikan oleh manajer pabrikasi dalam menangani persediaan, yaitu :
- memelihara sumber pasokan,
- memelihara material sejak berada didalam perusahaan,
- pemanfaatan yang tepat waktu.
Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (row material), produksi jadi (finish product), komponen rakitan (component), bahan pembantu (substance material), dan barang sedang proses pengerjaan (working in proces inventory). Sedangkan pengendalian persediaan independen berkaitan dengan pengendalian persediaan dalam bentuk produk akhir (finish product). Pada umumnya, pengendalian independen dipergunakan oleh perusahaan dagang untuk merencanakan dan mengendalikan sediaan barang dagangannya.
Tujuan pengendalian persediaan
Umumnya ditujukan untuk memenuhi hal-hal berikut :
- Untuk memelihara independen operasi. apabila sediaan material yang diperlukan ditahan pada pusat kegiatan pengerjaan, dan jika pengerjaan yang dilaksanakan oleh pusat kegiatan produksi tersebut tidak membutuhkan material yang bersangkutan segera maka akan terjadi fleksibilitas pada pusat kegiatan produksi
- Untuk memenuhi tingkat permintaan yang bervariasi. Apabila volume permintaan dapat diketahui dengan pasti maka perusahaan memiliki peluang untuk menentukan volume produksi yang persis sama dengan volume permintaan tersebut.
- Untuk menerima manfaat ekonomi atas pemesanan bahan dalam jumlah tertentu. Apabila dilakukan pemesanan material dalam jumlah tertentu, biasanya perusahaan pemasok akan memberikan potongan harga.
- Untuk menyediakan suatu perlindungan terhadap variasi dalam waktu penyerahan bahan baku.
- Untuk menunjang fleksibilitas penjadwalan produksi.
Namun demikian, menurut Chase dan Aquilano (1995), Heizer dan Render (2004), dan Krajewski dan Ritzman (2005), pengendalian persediaan itu memiliki dua macam faktor utama yang perlu dijawab, yaitu penentuan jumlah volume pesanan sediaan dan penentuan waktu penyampaian pemesanan sediaan.
Biaya Persediaan
Donal Delmar (1985) mengemukakan bahwa dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan, terdapat beberapa faktor-faktor terkait yang memerlukan perhatian. Faktor-faktor tersebut meliputi :
- Inventory turnover (perputaran persediaan) : merupakan frekuensi perputaran suatu item sediaan yang telah digantikan selama periode waktu tertentu.
- Lead Time, adalah interval waktu antara penyampaian pesanan dan diterimanya pesanan sediaan itu dari pemasok. Lead Time dapat didefenisikan sebagai waktu total yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku yang diperlukan atau membeli komponen serta pengiriman barang-barang ke divisi lain di dalam perusahaan atau kepada pelanggan.
- Customer Service Level, merupakan derajat layanan kepada pelanggan yang mengacu pada presentase dari pesanan yang dapat diisi dengan sediaan atau produk jadi yang akan diserahkan, berdasarkan suatu tanggal tertentu yang telah disetujui.
- Stock-Out Cost, adalah biaya atas kekurangan sediaan yang terjadi ketika permintaan melebihi tingkat persediaan.
Biaya persediaan terdiri atas Biaya Variabel dan Biaya Tetap.
Biaya Variabel persediaan meliputi :
- Ordering Cost (biaya pemesanan), meliputi biaya menunggu permintaan pembelian, penyampaian pesanan pembelian, dan yang berhubungan dengan biaya akuntansi, serta biaya penerimaan dan pemeriksaan pesanan.
- Storage or holding (biaya penyimpanan), or carrying cost, adalah biaya atas sediaan yang terjadi sehubungan dengan penyimpanan sejumlah sediaan tertentu dalam perusahaan
Selanjutnya, yang dipandang sebagai biaya tetap persediaan ialah harga dari persediaan itu sendiri. Dalam hal ini, harga dipandang sebagai biaya tetap karena pendekatan yang dipakai dalam biaya persediaan ialah harga sediaan yang diketahui tetap dan tidak berubah.
Metode persediaan independen dipakai untuk mengendalikan sediaan atas produk barang jadi (finish product), dan optimisasinya dianggap bebas dari hubungan dengan sediaan produk lain. Metode Independen sangat cocok dipakai pada usaha perdagangan. Namun demikian, model ini juga cocok pada pembuatan penaksiran/peramalan atas permintaan pasar.
Model independen memiliki pendekatan yang beorientasi pada baya yang minimum atau pada profit yang maksimum. DIsamping itu, juga dijumpai metode pengendalian yang beorientasi pada kuantitas pesanan dan periode waktu pemesanan.
Dikarenakan terdapat berbagai macam model pengendalian pada pengendalian independen, maka manajemen perusahaan harus mampu memilih tipe yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Keharusan menyesuaikan model yang dipilih dengan kebutuhan dimaksudkan untuk memberikan hasil yang lebih relevan terhadap pembuatan keputusan mengenai persediaan.
Sumber : Murdifing Haming dan Mahfud Nurnajamuddin. (2012). Manajemen Produksi Modern. Buku II. PT. Bumi Aksara: Jakarta